Home » , , » Asal Muasal Riba & Utang Sebagai Senjata

Asal Muasal Riba & Utang Sebagai Senjata

Written By Em Yahya on Rabu, 10 April 2013 | 08.22


INTI dari sistem kerja imperialisme kuno dan modern sesungguhnya terletak pada sistem perbankan ribawi. Dalam dunia ekonomi, Karl Marx dianggap sebagai orang yang pertama kali “menemukan” hal ini dalam teori nilai lebihnya (surplus-value). Namun jika kita melihat lebih jauh, sistem riba sesungguhnya diciptakan oleh Ksatria Kuil (Knights Templar) dengan lembaga simpan-pinjam pertama di dunia yang disebut “Usury”. Ini adalah istilah bahasa Inggris untuk menyebut “Riba”.

Ketika Yerusalem jatuh ke tangan pasukan Salib di akhir abad 11 Masehi, sejak itu pula sepanjang tahun ribuan orang kaya Eropa berbondong-bondong melakukan perjalanan ziarah ke Yerusalem lewat jalur darat dan laut. Awalnya, mereka selalu membawa harta bendanya dalam perjalanan panjang itu. Dengan sendirinya, resiko yang dipikul pun sangatlah besar karena mengundang para kriminalis untuk melakukan perampokan di tengah jalan.

Sembilan Ksatria Templar yang dipimpin Hugues de Payens menghadap Raja Yerusalem dan meminta agar mereka diberi kewenangan untuk mengamankan dan mengelola peziarah tersebut. Izinpun diberikan. Setelah mempelajari kenyataan di lapangan, di mana banyak orang-orang kaya yang hendak berziarah ke Yerusalem namun direpotkan oleh harta benda mereka, maka celah ini dimanfaatkan oleh Ksatria Templar untuk mendirikan sebuah badan yang sangat mirip dengan cara kerja perbankan modern.

Mereka membuka diri untuk menampung dan menjaga harta benda orang-orang kaya Eropa yang hendak pergi berziarah ke Yerusalem. Jadi, para peziarah itu tidak perlu repot-repot dan menempuh segala resikonya untuk membawa banyak barang berharga saat pergi ke Yerusalem. Selama bepergian, seluruh harta benda miliknya bisa disimpan di lembaga yang didirikan para Ksatria Templar yang bernama Usury (berarti riba, atau juga sangat mungkin Usury ini dikemudian hari diadopsi oleh bank-bank modern menjadi Treasury atau tempat penyimpanan benda-benda berharga).

Selain itu, selama bepergian, para peziarah tersebut juga diberi selembar kertas promis yang bertuliskan kode-kode yang begitu rumit, hingga hanya pihak-pihak tertentu saja yang dapat membacanya. Kertas promis ini berisi nilai nominal tertentu dari harta yang disimpan di lembaga keuangan Ksatria Templar di Eropa, dan setibanya mereka di Yerusalem kertas promis ini bisa diuangkan di lembaga keuangan Templar setempat. Kertas promis tersebut merupakan cikal bakal sistem cek tunai yang kita kenal sekarang.

Selain itu, ‘bank’ Templar juga membuka diri dengan menyelenggarakan pengaturan pengiriman uang (transfer) yang aman bagi para pedagang Eropa. Harta yang dimiliki lembaganya kemudian diputar kembali dengan membuka jasa simpan pinjam. Para pedagang dan bangsawan, termasuk para raja, bisa meminjam kepada Templar sejumlah besar uang dan mengembalikan dengan mencicil atau tunai pada saat yang disepakati. Ini tentu saja dengan suku bunga yang rendah. Dengan sendirinya Ksatria Templar tidak saja dikenal sebagai ordo militer yang tangguh dalam Perang Salib, tapi juga dikenal sebagai pelopor sistem perbankan modern yang masih dipakai hingga sekarang. Dan yang jelas, Ksatria Templar menjadi organisasi yang sangat besar, profesional, dan berpengaruh.

Markas Templar di selatan Perancis menjadi rumah penghimpunan harta terbesar di Eropa dan Timur Tengah. Salah satu raja yang berhubungan erat dengan para Templar adalah King Henry II dari Inggris. Tiap tahun, Henry II menyumbang uang untuk menanggung kebutuhan hidup hidup sekitar limabelas ribu ksatria dan tentara Salib yang berada di Yerusalem. Dari keseluruhan lembaga yang didirikan Templar di Eropa dan juga Timur Tengah, setidaknya mereka memperkerjakan enam sampai delapan ribu pegawai yang ditugasi untuk mengurus ‘sistem perbankan’ mereka. Templar juga memiliki harta yang tersebar di seluruh Eropa dan Timur Tengah, mereka antara lain memiliki sembilan ratusan istana, kastil, kuil, rumah-rumah para bangsawan, dan sebagainya.

Kemajuan yang sangat pesat yang terjadi pada ordo ini menimbulkan kesombongan dan kecongkakan yang tidak disukai oleh masyarakat Eropa, terlebih-lebih para raja, kaum bangsawan, dan juga pemuka gereja yang merasa kewibawaannya digerogoti pengaruh Templar yang terus menunjukkan perkembangan yang cepat. Di Eropa kala itu, nama Knights Templar sungguh-sungguh unik. Ia dipuja sekaligus dibenci, dihormati sekaligus dicaci-maki. Yang jelas, banyak kawan namun banyak pula musuh.

Kekayaan Templar menjadikan mereka berkuasa atas banyak raja dan bangsawan. Templar bisa menekan dan mengatur semua kebijakan kerajaan dari dalam istana. Bahkan Raja Perancis, Philip Le Bel IV berutang banyak pada Templar dan dihinakan oleh mereka. Le Bel ditolak mentah-mentah untuk masuk menjadi anggota ordo. Philip Le Bel marah dan berhasil menggandeng Paus yang menyebabkan Templar dibasmi dari seluruh Eropa pada 13 Oktober 1937 dengan tudingan telah melakukan penghinaan terhadap Gereja.

Templar secara resmi membubarkan diri dan membentuk Freemasonry di Skotlandia yang kemudian mendirikan Illuminaty hanya beberapa tahun sebelum Revolusi Perancis pecah. Mereka terus bekerja di balik layar, menguasai lembaga-lembaga keuangan internasional untuk kepentingan cita-citanya seperti yang ditorehkan dalam lambang negara AS: Novus Ordo Seclorum. IMF, World Bank, G-20, G-8, dan sebagainya merupakan institusi yang diciptakan untuk melayani kepentingan mereka. []


Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

Isi Post Dzul Kifayatain

Translate

Topics :
 
Support : emye Blogger Kertahayu | kanahayakoe | Shine_83
Copyright © 2013. Dzul Kifayatain_Tis'ah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger